Arsip Blog

Status

AL-FATIHAH

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

” Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (1:1)

Alloh memulai kitab-Nya dengan Basmalah dn memerintahkan Nabi Muhammad saw. sejak dini pada wahyu pertama “Iqro’ bismi robbika” untuk melakukan pembaca’an atas semua aktifitas dgn nama Alloh swt. itu berarti, Basmalah merupakan pesan pertama Alloh swt. kpd manusia: agr manusia memulai setiap aktifitasnya dgn nama Alloh swt. dn ini adalah bimbingan adab pertama yg di wahyukan Alloh swt. kpd Rosul-Nya.

Ketika mengucapkan basmalah hendaklah terlintas dalam benaknya:
“Aku memulai apa yg aku kerjakan ini dengan nama Alloh swt.” dgn demikian kalimat tersebut menjadi semacam do’a atau pernyata’an dari si pengucap, bhw ia memulai pekerja’annya atas nama Alloh swt. atau sebagai perintah dari Alloh swt. Walaupun kalimat tsb tdk berbentuk perintah.

Apabila sese’orang memulai suatu pekerja’an dgn nama Alloh atau atas Nama-Nya, maka pekerja’an tsb akn menjadi baik atau paling tdk si pengucap akn terhindar dari goda’an nafsu, dorongan ambisi atau kepentingan pribadi, sehinnga apa yg dilakukannya tdk akn mengakibatkan kerugian bagi org lain, bahkan akn membawa manfa’at bagi dirinya, masyarakat, lingkungan serta manusia seluruhnya.

Dari Abu Huroiroh ra. Rosululloh saw. bersabda:
“Setiap perbuatan yg penting, yg tdk di mulai dgn ” بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ ” maka perbuatan itu cacat.”
(HR. As-Suyuti)

Ketika membaca “BASMALAH” dn memulai suatu pekerja’an, apapun jenis pekerja’an itu, misalnya: makan, minum, mandi, berpakaian, belajar, bekerja bahkan bergerak dn diam sekalipun, kesemuanya harus di sadari bhw titik tolaknya adalah Alloh swt. dn bhw segala yg di lakukan demi krn melaksanakan perintah Alloh swt. semua pekerja’an tdk mungkin dapat terlaksana kecuali atas bantuan dn kekuasa’an Alloh swt.
Apabila sese’org mengucapkan kata ALLOH maka akn terlintas dlm benaknya segala sifat kesempurna’an ARROHMANIRROHIM. Yang Maha Suci dari segala sifat kekurangan.

Kata AR-ROHMAN digambarkan oleh Ulama’ bhw Tuhan mencurahkan rohmat-Nya yg bersifat sementara di dunia ini yg meliputi seluruh mahluk tanpa terkecuali dn tanpa membedakan antara mukmin dn kafir, sdg AR-ROHIM adalah rohmat-Nya yg bersifat kekal di akhirat yg hanya di ni’mati oleh mahluk-mahluk yg mengabdi kepada-Nya.

Penggabungan tiga kata dlm Basmalah ALLOH – ARROHMAN – ARROHIM merupakan bantahan secara tdk langsung kpd orang-orang Nasrani yg menganut paham trinitas, mereka memulai do’a-do’a dgn menyebut Tuhan bapak, tuhan anak, dn Ruhul-Qudus. Islam datang membantah mereka bhw “Alloh Maha Esa” walaupun nama-nama-Nya banyak tetapi hanya nama dn sifatnya saja yg banyak, bukan Dzat yg dinamai dn disifati itu.

Ketika sese’org mambaca BASMALAH hendaknya makna-makna di atas menghiasi jiwanya dn membawa kpd kesadaran akn kelemahan diri serta kebutuhan kpd Alloh serta menghayati kekuatan dn kekuasa’an Alloh serta rohmat dn kasih sayang-Nya yg tercurah bagi seluruh mahluk.
Kalau yg demikian itu tertanam di dlm jiwa, maka pasti nilai-nilai luhur menjelma keluar dlm bentuk perbuatan, krn perbuatan merupakan cerminan dari suasana kejiwa’an.
Bukankah se’org yg dirundung kesedihan atau sakit, ke’indahan baginya menjadi hampa, sdg yg dimabuk asmara sgl sesuatu tampak indah dipelupuk matanya, ini krn “setiap wadah akn menumpahkan isinya”.

Yg membaca BASMALAH akn mencurahkan rohmat dn kasih sayang terhadap sesama dn lingkungannya sesuai pola Tuhan mencurahkan rohmat-Nya yg tdk hanya menyentuh org-org muslim saja, tetapi juga yg kafir, bahkan seluruh mahluk tanpa terkecuali. Seperti yg tergambar dlm AR- ROHMAN ya’ni rohmat Tuhan yg menyentuh seluruh alam.

Bukankah Nabi Muhammad saw. yg menjadi teladan se’org muslim membawa rohmat untuk seluruh alam ..

الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Segala puji hanya bagi Alloh, Tuhan pemelihara semesta alam”. (1:2)

Memuji Alloh swt. adalah luapan rasa syukur yg memenuhi jiwa se’org mukmin dikala mendengar nama-Nya disebut, krn keberada’an manusia di pentas bumi ini tdk lain kecuali atas limpahan ni’mat Alloh swt. yg mengundang rasa syukur dan pujian.
Setiap sa’at, setiap gerak, setiap keluar masuknya nafas dn setiap kejadian, silih berganti anugrah Alloh swt. mengalir terus-menerus, lalu menyatu dn tercurah kpd seluruh mahluk, hususnya manusia, krn itu, wajar apabila memulai dgn memuji-Nya dn mengahiri dgn memuji-Nya pula.

“AL-HAMDULILLAH” mengandung ma’na peng-hususan bagi Alloh swt.
Ada tiga unsur dlm perbuatan yg harus dipenuhi oleh yg dipuji sehingga dia wajar mendapat pujian; 1. Baik dn indah. 2. Di lakukan secara sadar. 3. Tdk terpaksa atau dipaksa. krn itu Dia di puji, sebab Dia yg menciptakan sgl sesuatu dn segalanya diciptakan-Nya dgn baik serta penuh dgn “Kesadaran” tanpa paksa’an.
Jika demikian, maka sgl pujian hanya dipersembahkan kpd Alloh swt. krn sgl perbuatan-Nya terpuji dn sgl yg terpuji adalah merupakan perbuatan-Nya jua, sehingga sangat wajar jika Qt mengucapkan “segala puji hanya bagi Alloh semata”.

Jika anda memuji ketampanan atau kecantikan sese’org, yg harus di puji adalah Alloh swt. yg menganugrahkannya, krn sese’org hanya menyandang cipta’an-Nya.
Jika anda memuji sese’org krn kepandaian atau kekaya’annya, maka yg harus dipuji adalah Alloh swt. yg menganugrahkan kepadanya kepandaian dn kekaya’an, krn yg di lakukan manusia tdk lain kecuali rekayasa dari bahan mentah yg telah dihamparkan oleh Alloh swt. di alam semesta.

Hasil-hasil produksi tdk lain hanya rekayasa bahan mentah yg di ciptakan-Nya. Kalau demikian sgl puji dlm bidang inipun harus tertuju kpd-Nya
Jika anda memuji kedermawanan sese’org maka Alloh swt. yg lebih wajar anda puji, krn apa yg disumbangkannya adalah dari anugrah Alloh swt. bahkan kerela’annya menyumbang adalah krn Alloh menggerakkan hatinya untuk itu, demikian juga halnya kekuasa’an yg di anugrahkan kpd sese’orang.

Secara tegas al-Qur’an memerintahkan kpd Nabi Muhammad saw. dn Qt semua untuk berucap:
“Ya Alloh Pemilik kekuasa’an, Engkau menganugrahkan kekuasa’an bagi siapa yang Engkau kehendaki, dan mencabut kekuasa’an dari siapa yang Engkau kehendaki, Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki, dan merendahkan siapa yang Engkau kehendaki. Dalam genggaman tangan-Mu kebajikan. Sungguh engkau berkuasa atas segala sesuatu.” (3 : 26)

Dgn. الْحَمْدُ للّهِ hendaknya si pengucap menyimpulkan bhw sgl sesuatu yg bersumber dari Alloh swt. adalah terpuji, walau perbuatan itu tdk sejalan dgn kepentingannya atau yg di anggap merugikannya. Misalkan dlm perintah zakat ataupun sahodaqoh bisa jadi di anggap merugikan pendapatan hasil kerjanya, atau penilaian negatip lainnya. Pada hakekatnya semua duga’an itu lahir dari keterbatasan pandangan akal manusia.

“ROBBIL ‘ALAMIN”
Ketika menyebut kata ALLOH dapat terbayang dalam benak sgl sifat-sifat Alloh swt. baik sifat perbuatan maupun sifat Dzat-Nya, baik yg dapat berdampak kpd mahluk-Nya maupun tdk. Maka makna dlm kandungan kata ROBB, terhimpun semua sifat-sifat ALLOH yg dapat menyentuh mahluk.
Pengertian “Rububiyyah” pendidikan dan pemelihara’an Alloh swt. mencakup pemberian rizki, pengampunan dn kasih sayang juga amarah, ancaman, siksa’an dll.

Ma’na رَبِّ الْعَالَمِينَ akn terasa dekat di benak Qt sa’at mengancam atau memukul anak Qt dlm mendidik mereka.
Walaupun anak yg dipukul merasa diperlakukan tdk wajar, kelak setelah ia dewasa akn sadar bhw pukulan tersebut merupakan sesuatu yg baik bagi dirinya.

Jadi apapun bentuk perlakuan Tuhan kpd mahluk-Nya harus diyakini bhw yg demikian itu sama sekali tdk terlepas dari sifat pemelihara’an dn pendidikan-Nya, walau perlakuan itu dinilai oleh keterbatasan nalar manusia sbg sesuatu yg negatip.
Ini berarti bhw ketetapan-Nya yg terlihat oleh kacamata manusia sbg negatip, pada dasarnya tdk terlepas dari sifat pendidikan dn pemelihara’an-Nya.

Sarana pendidikan dn pemelihara’an Alloh swt. terhadap manusia disiapkan-Nya jauh sebelum manusia wujud di bumi ini.
Bumi yg terhampar, udara yg segar langit yg teduh, makanan dn minuman yg tersedia, bahkan sorga yg akan dihuninya kelak pun telah di siapkan oleh-Nya.

Tidaklah wajar bersikap terhadap Alloh swt. seperti sikap anak yg dipukul ayahnya lalu menggerutu, membangkan apalagi sampai tdk menerimanya, seharusnya setiap yg mengucap “AL-HAMDULILLAHI ROBBIL ‘ALAMIN” sadar bhw sgl yg datang dari Tuhan semesta alam selalu terpuji.
Alloh swt. Wajar dipuja dn dipuji krn ke’indahan, kebaikan dn kebenaran yg disandang -Nya. Selanjutnya Dia dipuji krn Rububiyah-Nya itu, bermula dari mewujudkan mahluk termasuk manusia, sampai membimbing mereka untuk mencapai tujuan pencipta’an hingga memelihara dn memasukkan manusia kelak disorga-Nya.

Alloh swt. menegaskan dgn “ROBBAL ‘ALAMIN” ini sungguh menenangkan hati manusia, krn segalanya telah dipersiapkan-Nya, tdk ada satupun kebutuhan mahluk dlm rangka mencapai tujuan hidupnya yg tdk disediakan oleh-Nya.
“Dan Dia (Alloh) telah memberikan kepadamu (aneka macam keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung ni’mat Alloh, tidaklah dapat kamu menghinggakannya ….”
(QS. 14 : 34)
Dgn demikian manusia dapat hidup tenang dn optimis menghadapi masa depan, dn ini saja sudah merupakan sesuatu yg sangat berharga dn harus di syukuri.

Sa’at se’org berkata الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ maka dia menyampaikan pujian kpd Alloh swt. dlm kedudukan-Nya sbg Tuhan yg wajib disembah, dn ketika Tuhan yg wajib disembah itu disifati dgn “ROBBAL ‘ALAMIN” maka pujian tersebut berlanjut kpd kedudukan-Nya sbg pendidik dn pemelihara.

Adalah merupakan salah satu rohmat Alloh swt. bhw Dia mengajar manusia untuk memujinya dengan kata yg sangat sederhana “AL-HAMDULILLAH”.
Tdk jarang manusia yg mempersiapkan berjam-jam lamanya untuk pujian terhadap manusia atau yg lainnya dgn panjang lebar dlm bentuk ucapan maupun tulisan puisi, prosa, sa’ir-sa’ir dn lain sebagainya. Tetapi yg di ajarkan Alloh swt. ini sungguh sangat singkat.

Hendaknya Qt menyadari bhw memuji manusia dgn berlebihan dapat menimbulkan rasa angkuh, kemunafikan, serta menambah kedurhaka’an, krn itu hendaklah Qt mengurangi pujian kpd manusia, krn terhadap Alloh swt. Qt hanya di ajarkan mengucapkan dua kata, dn sungguh beruntung Qt di ajarkan yg demikian, krn kalau tdk .! maka betapa sulitnya memuji Alloh swt. yg sesuai dgn ke’agungan dn kesempurna’an-Nya.

Apabila sese’org sering mengucapkan “AL-HAMDULILLAHI ROBBIL ‘ALAMIN” maka dari sa’at ke sa’at ia akan selalu merasa berada dlm curahan rohmat, cinta dn kasih sayang Alloh swt. dia akn merasa bhw Alloh swt. tdk membiarkannya sendiri.
Jika kesadaran ini telah membekas dlm jiwa sese’org, maka se’andainya sesekali ia mendapatkan coba’an atau merasakan kepahitan dia akan berucap:
“AL-HAMDULILLAHILLADZI LA YUHMADU ‘ALA MAKRUHIN SIWAH / Segala puji bagi Alloh, tiada yang dipuja dan dipuji walaupun coba’an menimpa, selain Dia semata”.
Kalimat semacam ini akn begitu saja terlonlontar krn dia sadar bhw se’andainya apa yg dirasakannya itu benar-benar merupakan malapetaka, akn tetapi limpahan karunia-Nya sudah demikian banyak yg dia terima. Sehingga coba’an dn malapetaka tdk lagi berati dibandingkan dgn besar dn banyaknya karunia selama ini, disamping itu akn terlintas dlm pikirannya bhw dibalik itu semua pasti ada hikmahnya, karena dia telah yakin perbuatan Alloh swt. semua terpuji.

الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

“Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”. (1:3)

ROHMAN dn ROHIM merupakan sifat Dzat Alloh swt. yg difahami sbg rohmat ya’ni dlm arti sesuatu yg dicurahkan.
Rohmat Alloh bersifat menyeluruh, krn setiap Dia menghendaki rohmat, seketika itu juga rohmat tercurah, dn rohmat-Nya tdk dapat dihitung maupun dinilai.
Rohmat Alloh swt. tdk terhingga banyak dn besarnya, bahkan Dia menyatakan:
“Rohmat-Ku mencakup segala sesuatu”
(QS. 7 : 156)
Dn dlm Hadits qudsi Alloh swt. berfirman:
“Sesungguhnya rohmat-Ku mengatasi/mengalahkan amarah-Ku”
(HR. Bukhori Muslim)

Penyebutan “ARROHMANIRROHIM” bertujuan menjelaskan bhw anugrah Alloh swt. Apapun bentuknya sama sekali bukan untuk kepentingan Alloh swt. yg berpamrih, tetapi semata-mata dari sifat rohmat cinta dn kasih sayang-Nya sebagaimana tdk jarang dilakukan oleh mahluk.
Bukankan kita memelihara sapi, kambing, ayam dll agar dia besar atau gemuk dlm rangka memperoleh ke’untungan bila dijual .?
Alloh swt. tdk demikian. Pemelihara’an dn pendidikan-Nya krn dari rohmat cinta dn kasih sayang-Nya.

Menurut pakar bahasa semua huruf yg terdiri dari huruf. “Ro’ Ha’ dn Mim” mengandung ma’na. “Kelemah-lembutan, cinta. dn kasih sayang serta kehalusan” rohmat jika disandang oleh manusia, maka ia akn menunjukkan kelembutan hati yg mendorongnya untuk berbuat baik.

Dari Abu huroiroh ra. Rosululloh saw. bersabda:
“Alloh swt. menjadikan rohmat itu seratus bagian, disimpan disisi-Nya sembilan puluh sembilan, dn diturunkan-Nya ke bumi satu bagian. yg satu bagian ini yg dibagi pada seluruh mahluk. (Rohmat yg tercermin antara lain) Pada se’ekor binatang yg mengangkat kakinya dari anaknya, krn terdorong oleh rohmat dn kasih sayang, hawatir jangan sampai menyakitinya”
(HR. Muslim)

Ketika sese’orag membaca “ARROHMANIRROHIM” maka diharapkan jiwanya akn dioenuhi oleh rohmat dn kasih sayang, dn sa’at itu memancar keluar dari dlm bentuk perbuatan-perbuatan yg mencerminkan gejolak-gejolak jiwa cinta dn kasih sayang.
Bukankah .. Jika sese’org yg dirundung kesedihan atau penderita’an, ke’indahan dn keni’matan di anggapnya keburukan .?
Tidakkah .. Jika sese’org di mabuk asmara, segalanya terlihat indah dn terasa ni’mat .?
Krn setiap wadah akn menumpahkan isinya. Sebuah gelas berisi kopi tdk akn tumpah selain kopi.

Apabila sese’org telah menghayati ma’na “ARROHMANIRROHIM” maka ia akn berusaha memantabkan pada dirinya sifat “ROHMAT” cinta dn kasih sayang, sehingga menjadi ciri kepribadiannya, selanjutnya ia tdk akn ragu atau segan mencurahkan cinta dn kasih sayang itu kpd sesama manusia tanpa membedakan antara satu dgn lainnya, serta memberikan kpd mahluk-mahluk lain baik yg hidup maupun yg mati.
Ia akn menjadi bagai matahari yg tdk kikir atau bosan memancarkan cahaya dn kehangatannya kpd siapapun dn dimanapun.
Kalaupun terdapat perbeda’an dlm perolehan cahaya dn kehangatan, itu lebih banyak disebabkan oleh posisi penerima bukan posisi pemberi, krn matahari selalu konsisten dlm perjalanannya serta memiliki aturan atau hukum-hukum yg tdk berubah.
Itulah yg diharapkan buah dari baca’an “ARROHMANIRROHIM”.

مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ

“Pemilik hari pembalasan” (1:4)

Ada dua macam baca’an populer manyangkut ayat ini, yaitu “MALIK” yg berati “raja” dn “MAALIK” berarti “pemilik.
Ayat ke empat surat ini keduanya dapat dibaca seperti itu, karena keduanya adalah baca’an Nabi saw, berdasar riwayat yg dapat dipertanggung jawabkan (mutawattir).

Kepemilikan Alloh berbeda dgn kepemilikan mahluk, Alloh swt mempunyai wewenang penuh untuk melakukan apa saja terhadap apa yg dimiliki-Nya.
Keraja’an Alloh swt mencakup keraja’an langit dan bumi serta keraja’an dunia dn akhirat.

Salah satu tema pokok yg menjadi perhatian Al-Qur’an adalah persoalan hari pembalasan.
Ayat ke empat di atas menyatakan bhw Alloh swt adalah pemilik atau raja hari kemudian.
Paling tidak ada dua makna yg terkandung.
Pertama: Alloh swt yg menentukan dn Dia pula satu-satunya yg mengetahui kapan tibanya hari tersebut.
Kedua: Alloh swt menguasai segala sesuatu yg terjadi, kekuasa’an-Nya sedemikian besar sampai sampai jangankan bertindak atau bersikap menentang-Nya, berbicarapun harus dgn se’izin-Nya.

YAUMIDDIIN hari pembalasan ketika itu dirasakan dalam kenyata’an oleh setiap mahluk, kekuasa’an dn keraja’an Tuhan demikian menonjol, sehinnga tidak satupun mahluk yg berani membangkang, dn tidak sesa’atpun tersirat dlm hati atau terlintas dlm benak siapapun punya kemampuan atau kehendak untuk mengingkari kekuasa’an Alloh swt.

Hari pembalasan dimulai dari sa’at kebangkitan dari kubur sampai dgn sa’at kekekalan di sorga atau neraka, itu ma’na lahiriahnya.
Adapun ma’na batiniahnya adalah bahwa pada hakikatnya “Hari pembalasan” bermula sejak sa’at sese’org melakukan aktifitas negatip maupun positip, pada sa’at itu pulalah terjadi pembalasan Tuhan.
Pembalasan Alloh swt tidak ditunda, hanya saja terkadang ia tdk tampak atau tdk dirasakan oleh manusia.

Dalam kontek ini Rosululloh saw bersabda:
” Apabila sese’orang berdosa, di teteskan ke dalam hatinya suatu titik hitam.”
(HR. Tirmidzi dn Nasa’i)
Titik hitam ini adalah pembalasan Tuhan, disamping itu semua malapetaka yg terjadi di dunia ini melalui mahluk-mahluk Alloh swt, yg pada hakekatnya adalah balasan Tuhan.
Alloh swt berfirman:
“Dan apa saja melapetaka yang menimpa kamu, maka itu di sebabkan perbuatan tanganmu sendiri dan Alloh mema’aflan banyak (dari kesalahan-kesalahan kamu.” (42:30)

Jika sese’org menyadarai adanya hari pembalasan, dn bahwa Alloh Penguasa Tunggal, maka ketika itu ia akn merasa tenang walau sedang di aniaya oleh pihak lain, karena ada hari pembalasan, sehingga bila ia tidak membalas di dunia ini, maka Alloh Pemilik dn Raja hari Pembalasan itu yg akn membalas untuknya.

Di sisi lain kesadaran tentang kekuasa’an Alloh swt akn menjadikan ia selalu awas dn hati-hati dalam bertindak serta berlaku.

Kesadaran tentang adanya hari pembalasan memberi arti bagi hidup ini. Tanpa adanya keyakinan itu semua akn di ukur hanya dgn pada sa’at hidup saja, dn alangkah banyak aktifitas yg menuntut untuk di lakukan tanpa harus memetik buahnya sekarang, dn alangkah banyaknya pula yg buahnya tidak mungkin diraih sa’at hidup di dunia ini.

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“Hanya kepada-Mu kami mengabdi dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.” (1:5)

Kandungan Surat al-Fatihah dibagi menjadi dua bagian, satu untuk-Nya dn setengahnya untuk hamba-Nya.
Ayat-ayat yg merupakan bagian Alloh swt adalah Ayat yg membicarakan sifat Alloh swt dn kekuasa’an-Nya yg tdk terbatas.
Adapun Ayat yg ke lima ini dinyatakan dlm Hadits dinyatakan sebagai “Ayat bersama”, sebagian untuk Alloh swt. sampai IYYAKA-NA’BUDU, dn sebagian untuk hamba-Nya, yg di mulai dari WA IYYAKA NASTA’IN. sampai dgn akhir Surat.

Diriwayatkan dari Sayyidina ‘Ali bin Abi Tholib, dia berkata:
“Sesungguhnya aku telah mendengar Rosululloh saw bersabda bahwa Alloh swt berfirman:
“Aku membagi surat al-Fatihah menjadi dua bagian, setengahnya untuk-Ku dan setengahnya untuk hamba-Ku, apa yang di mintanya akan Ku-perkenankan.”
Apabila ia membaca:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ ۞
Alloh swt berfirman:
“Hamba-Ku memulai pekerja’annya dengan menyebut nama-Ku, maka menjadi kewajiban-Ku untuk menyempurnakan seluruh pekerja’annya serta memberkati seluruh ke’ada’annya”.

Apabila ia membaca:
الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ۞
Alloh swt menyambutnya dengan berfirman:
“Hamba-Ku mengetahui bahwa seluruh ni’mat yang dirasakannya bersumber dari-Ku, dan bahwa ia telah terhindar dari malapetaka karena kekuasa’an-Ku, Aku mempersaksikan kamu (hai para malaikat) bahwa Aku akan menganugerahkan kepadanya ni’mat-ni’mat di akhirat, disamping ni’mat-ni’mat duniawian dan akan Ku-hindarkan pula ia dari malapetaka ukhrowi dan duniawi”.

Apabila ia membaca:
الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ ۞
Alloh swt menyambutnya dengan berfirman:
“Aku di akui oleh hamba-Ku sebagai Pembari rohmat dan sumber segala rohmat. Ku-persaksikan kamu (hai para malaikat) bahwa akan Ku-curahkan rohmat-Ku kepadanya sampai sempurna, dan akan Ku-perbanyak pula anugerah-Ku untuknya”.

Apabila ia membaca:
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ ۞
Alloh swt menyambutnya dengan berfirman:
“Kupersaksikan kamu (hai para malaikat _ sebagaimana di akui oleh hamba-Ku) bahwa Akulah Raja, Pemilik hari Kemudian, maka pasti akan Ku-permudah baginya perhitungan pada hari itu, akan Ku-terima kebajikan-kebajikannya dan Ku-ampuni dosa-dosanya”.

Apabila ia membaca:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ
Alloh swt menyambutnya dengan berfirman:
“Benar apa yang di ucapkan hamba-Ku, hanya Aku yang disembahnya. Ku-persaksikan kamu semua, akan Ku-beri ganjaran atas pengabdiannya, ganjaran yang menjadikan semua yang berbeda ibadah, dengannya ia akan merasa iri dengan ganjaran itu”.
Apabila ia membaca:
وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ۞
Alloh swt berfirman:
“Kepada-Ku hamba-Ku meminta pertolongan dan perlindungan. Ku-pesaksikan kamu, pasti akan Ku-bantu ia dalam segala urusannya, akan Ku-tolong ia dalam segala kesulitannya, akan Ku-bimbing ia dalam sa’at-sa’at kritisnya”.

Apabila ia membaca:
اهدِنَا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ ۞
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ ۞
Alloh swt menyambutnya dgn berfirman:
” Inilah perminta’an hamba-Ku, dan bagi hambaku apa yang dimintanya. Telah kuperkenankan bagi hamba-Ku perminta’annya, Ku-beri harapannya, dan Ku-tentramkan jiwanya dari segala yang menghawatirkannya”.

Jika anda telah mengetahui apa yg telah di janjikan Alloh swt, maka kaitkanlah ia dengan kandungan hadits qudsi di atas. Ucapkalah AMIN dgn maksud:
“Perkenankanlah semua itu Ya Alloh, jangan kecewakan kami.”

إِيَّاكَ نَعْبُدُ

“HANYA KEPADAMU KAMI MENGABDI”
Adalah kalimat pengajaran dari Alloh agar kita mengucapkannya, di sisi lain sbg kecaman bagi mereka yg mempertuhan atau menyembah selain Alloh swt.

Ketika mengucapkan IYYAKA menuntut pembacanya agr menghadirkan Alloh dlm benaknya .. Bukankah jika kita berkata “rumah” yg terbayang hanya bangunan rumah rumahnya saja .? Tetapi jika kita berkata “rumah si A” maka yg muncul dlm benak di samping rumah juga pemilik rumah .? Demikian kesan yg ditimbulkan oleh kata “Hanya kepada-Mu”.
Kalimat “kepada-Mu” menuntut kita mengundang kehadiran Alloh swt ketika melaksanakan ibadah dn ketika kita memohon pertolongan-Nya, krn jika kita berkata “kepada-Mu” maka mitra bicara kita tentulah berada dihadapan kita, berbeda jika kita berkata “kepada-Nya”, artinya kita bicara bukan berada disamping-Nya atau dibelakang-Nya.
Ketika mengucapkan “IYYAKA NA’BUDU”. kalupun tdk dapat di lihat paling tidak bisa dirasakan kehadiran-Nya, dn Dia tdk berada jauh dari si pengucap.

Pengabdian kpd Alloh swt, bukan hanya sekedar keta’atan dn ketundu’an, akn tetapi suatu kepasrahan yg mencapai puncaknya krn ke’agungan dlm jiwa sese’rg terhadap siapa yg kepadanya ia mengabdi, disebabkan keyakinan bahwa pengabdian itu tertuju kpd yg memiliki kekuasa’an yg tdk terjangkau arti hakekatnya.

Ibadah atau pengabdian yg di maksud dlm ayat “IYYAKA NA’BUDU” ini tdk terbatas pada hukum fikih saja, ya’ni sholat, puasa, zakat dn hajji, tetapi mencakup segala macam aktifitas manusia, baik pasif maupun aktif, sepanjang tujuan dari setiap gerak dn langkah itu adalah LILLAHI TA’ALA. (Karena melaksanakan perintah Alloh Ta’ala) sebagaimana yg tercermin dlm pernyata’an yg di ajarkan Alloh swt:
“Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku, demi karena Alloh Pemelihara seluruh alam.” (QS. 6:162)

وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“WA IYYAKA NASTA’IN – Hanya kepadamu kami memohon pertolongan.”.
Permohonan bantuan kpd Alloh swt adalah permohonan agar Dia mempermudah apa yg tdk mampu diraih dgn upaya sendiri.

Dalam kehidupan dunia ada yg dinamai “sunnatulloh” yaitu ketetapan-ketetapan Alloh swt yg lazim berlaku dlm kehidupan nyata seperti hukum sebab dn akibat, dn ada juga yg dinamai “innayatulloh” yaitu pertolongan dn bimbingan Alloh swt diluar kebiasa’an-kebiasa’an yg berlaku.

Perlu di ingat bhw pertolongan Alloh swt yg berada diluar wilayah hukum sebab akibat itu tdk dapat terjadi atau diperoleh tanpa mengikuti petunjuk yg telah digariskan oleh-Nya.
Dlm QS. 2:45 menegaskan bhw:
“Mintalah bantuan (kepada Allo)h melalui kesabaran dan sholat (do’a)”

Salah satu aspek kesabaran adalah ketabahan dlm melaksanakan peranan si pemohon, ya’ni ketabahan dlm melaksanakan tugas menanggulangi problema.
Tetapi kerja keras dan ketabahan saja belum cukup untuk mencapai bantuan Alloh swt. Masih dibutuhkan lagi sholat, baik dlm arti do’a maupun dlm arti gerak dn baca’an-baca’an tertentu yg dimulai dgn takbir dn di akhiri dgn salam, agr Alloh swt mewujudkan apa yg diharapkan itu.

Dalam sebuah Hadis Nabi Muhammad saw bersabda:
“Alloh akn selalu memberi bantuan kepada seseorang selama ia memberi bantuan kepada saudaranya (sesama manusia)”

Kalau demikian, maka bantuan Alloh swt yg didambakan akn datang melalui kerjasama antara manusia.
Sebagai mahluk sosisal, setiap org harus sadar bhw ia tergantung kpd pihak lain, dimana kebutuhannya tdk dapat terpenuhi melalui usahanya sendiri, atau usaha kelompoknya, atau bahkan usaha bangsanya sendiri.

اهدِنَا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ

“Tunjukilah kami jalan yang lurus.” (1:6)

Alloh swt menganugrahkan petunjuk kpd mahluk, dgn bermacam-macam petunjuk sesuai peranan yg diharapkan mahluk.

Alloh swt menuntun setiap mahluk kpd apa yg perlu dimilikinya dlm rangka memenuhi kebutuhannya. Dia-lah yg memberi hidayah kpd anak ayam untuk memakan benih ketika baru saja menetas, atau lebah untuk membuat sarangnya dlm bentuk segi enam, krn bentuk tsb lebih sesuai dgn bentuk badan dn kondisinya.

Petunjuk tingkat pertama “naluri” terbatas pada pencipta’an dorongan untuk mencari hal-hal yg dibutuhkannya.
Naluri tdk mampu mencapai apapun yg berada diluar tubuh pemilik naluri itu. Pada sa’at kebutuhannya untuk mencapai sesuatu yg berada diluar dirinya maka disitulah dibutuhkan petunjuk Alloh swt yg kedua berupa “panca indra.”
Namun betapapun tajam dn pekanya kemampuan panca indra manusia, saeringkali tdk diperoleh gambaran hasil hakekat yg sebenarnya. Betapaun tajamnya mata sese’org ia akn melihat tongkat yg lurus menjadi bengkok di dalam air.

Yg meluruskan kesalahan panca indra adalah petunjuk Alloh swt yg ketiga yaitu “akal.”
Akal yg mengko’ordinir semua informasi yg diperoleh indra, kemudian akal membuat kesimpulan-kesimpulan yg sedikit atau banyak akan dapat berbeda dgn hasil informasi indra.
Walaupun petujuk akal sangat penting dn berharga, namun akal hanya berfungsi dlm batas-batas tertentu dn tidak mampu menuntun manusia keluar jangkauan alam fisika.
Krn bidang operasinya akal hanya dlm alam nyata , dn dlm bidang inipun tdk jarang manusia terpedaya oleh kesimpulan-kesimpulan akal, sehingga akal tdk merupakan jaminan seluruh kebenaran yg di dambakan.
Karena itu pula manusia memerlukan petunjuk yg melebihi petunjuk akal, sekaligus meluruskan kekeliruan dlm bidang-bidang tertentu, ya’ni petunjuk yg ke empat yaitu “hidayah agama”.

SHIROTHOL-MUSTAQIM adalah jalan yg lebar luas dn lurus yg terdekat menuju tujuan, jalan lurus yg dapat mengantar kepada kebahagia’an dunia akhirat.

Jika SHIROTHOL-MUSTAQIM yg di mohonkan disini mengantarkan kebahagia’an dunia akhirat, maka ia meliputi ilmu pengetahuan, harta kekaya’an yg halal, derajat yg tinggi, kesehatan dn lain-lain. Sehingga pada ahirnya segala tuntunan dn anjuran agama dapat tepenuhi.

Al-Qur’an menegaskan bhw:
“Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada shirothol-mustaqim (yaitu) agama yang benar; agama Ibrohim yang lurus, dan Ibrohim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik” (QS. 6 : 161)
Dn di ayat yg lain Alloh swt menegaskan:
“Dan beribadahlah kepada-Ku inilah shirothol-mustaqim.” (QS. 36 : 61)
Ibadah yg dimaksud adalah ibadah dlm pengertian yg luas, mencakup segala kegiatan manusia pasif maupun aktif selama aktifitas tsb dimaksudkan untuk mendekatkan diri kpd Alloh swt dn mengharap ridlo-Nya.

SHIROTOL-MUSTAQIM adalah gaya hidup org-org sukses dlm hidup ini, gaya hidup Nabi Ibrohim as, Nabi Muhammad saw, para shiddiqin, syuhada’ dn org-org sholeh.
Jgn berkata:
“Aku telah memperoleh hidayah, sehingga aku tdk perlu lagi bermohon” krn yg telah mendapat hidayah bisa saja tergelincir oleh goda’an nafsu.
Oleh sebab itu Alloh swt mengajarkan do’a:
” Tuhan kami, janganlah engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami.” (QS. 3 : 38)

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ

“(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahi ni’mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat.” (1:7)

Ni’mamat adalah kesenangan hidup dn kenyamanan yg sesuai dgn diri manusia.
Ni’mat menghasilkan suatu kondisi yg menyenangkan serta tdk mengakibatkan hal-hal nagatip, baik material maupun immaterial.
Ni’mat adalah sesuatu yg baik dn berlebih dari apa yg dimiliki sebelumnya.
Dn tentu saja ni’mat yg dimaksud disini mencakup kebajikan duniawi dn ukhrowi.

Sese’org dapat membayangkan apa saja ni’mat-ni’mat Alloh swt yg telah diperolehnya, dgn melihat bekal hidup atau modal dlm diri yg telah dimilikinya sendiri dn yg diluar dirinya ya’ni yg terhampar dn tersebar di pentas dunia ini.
Adakah sesuatu yg dimiliki manusia sebelum ia lahir atau sebelum ini .?
Kalau demikian apapun yg ada dlm diri dn diluar diri manusia, semuanya adalah ni’mat-ni’mat Alloh swt.
Sehingga tepatlah ayat al-Qur’an yg menyatakan:
“Dia (Alloh) telah menganugerahkan kepada kamu segala yang kamu minta (butuhkan) dan apabila kamu menghitung-hitung ni’mat Tuhan, niscaya kamu tidak mampu menghinggakannya.” (QS. 14 : 34) dalam arti, manusia tidak akn pernah mampu menghitungnya, karena ni’mat yg ada tdk terbatas.

Ni’mat-ni’mat Alloh swt beraneka ragam dn bertingkat-tingkat, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Ada yg memperoleh tambahan yg banyak ada yg relatif sedikit, ada tambahan yg sangat bernilai ad pula yg relatif kurang,
Kata ni’mat yg dimaksud ayat terahir surat al-Fatihah ini adalah ni’mat yg paling bernilai yg tanpa ni’mat itu, ni’mat-ni’mat yg lain tdk akn mempunyai nilai yg berarti, bahkan bisa menjadi “niqmah” ya’ni bencana.
Ni’mat tersebut adalah “ni’mat memperoleh hidayah Alloh swt serta keta’atan kpd Alloh dn Rosul-Nya”, ya’ni ni’mat islam dn penyerahan diri kepada-Nya.

Ni’mat yg terbesar adalah ni’mat org-org yg ta’at melaksanakan pesan-pesan ya’ni perintah Ilahi. Mereka itulah yg masuk dn menelusuri SHIROTHOL-MUSTAQIM, Sebagaimana ditegaskan dlm Firman-Nya:
“Dan barang siapa yg menta’ati Alloh dan Rosul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang di anugerahi ni’mat oleh Alloh, yaitu para nabi, para shiddiqin, para syuhada’ dan orang-orang sholeh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. 4 : 69)

Dari sini dapat di ketahui bhw terdapat empat kelompok manusia yg telah mendapat ni’mat khusus dari Alloh swt, yaitu:
Kelompok pertama adalah “para nabi”. Mereka yg di pilih oleh Alloh swt untuk memperoleh bimbingan sekaligus ditugasi untuk menuntun manusia menuju kebenaran Ilahi. Mereka selalu berucap dn bersikap benar dn memiliki kesungguhan, amanat serta kecerdasan, sehingga mereka menyampaikan segala sesuatu yg harus disampaikan dgn keterbuka’an.
Para nabi adalah org-org yg terpelihara identitasnya sehingga tdk melakukan dosa atau pelanggaran apapun.

Kelompok kedua adalah “para shiddiqin”, yaitu org-org yg dlm pengertiannya selalu benar dn jujur. Mereka tdk ternodai oleh kebatilan, tdk pula mengambil sikap yg bertentangan dgn kebenaran, tampak dipelupuk mata mereka sesuatu yg haq.
Para shiddiqin juga mendapat bimbingan Ilahi walau tingkatnya berada di bawah tingkat bimbingan para Nabi dn Rosul.

Kelompok ketiga adalah “pera syuhada’ “, yaitu org-org yg bersaksi atas kebenaran dn kebajikan melalui ucapan dn tindakan mereka, walau harus mengorbankan nyawa sekalipun.
Para syuhada’ ini di saksikan kebenaran dn kebajikan oleh Alloh swt, para malaikat dn lingkungan mereka.

Kelompok ke empat adalah “org-org sholeh” yaitu yg tangguh dlm kebajikan dn selalu berusaha mewujudkannya, kalaupun sesekali mereka melakukan pelanggaran, maka itu adalah pelanggaran kecil dn tdk berarti jika dibandingkan dgn kebajikan dn kebaikan-kebaikannya.

Di antara empat kelompok di atas ada yg memiliki kekaya’an, kedudukan dn lain sebagainya. Perlu digaris bawahi bhw pokok utama dlm kehidupan ini adalah mencapai kebenaran dn melakukan kebajikan yg sesuai dgn tuntunan agama.
Segala ni’mat dn segala kelebihan yg diperoleh bila tdk dibarengi pemanfa’atannya dgn kebenaran dn kebajikan serta tuntunan agama, tentu akn tdk mempunyai nilai yg berarti.

Jika kekaya’an tdk dibarengi dgn kebenaran, maka suatu ketika “ni’mat” itu akan menjadi “niqmat/bencana”, demikian pula dgn ni’mat-ni’mat yg lain, istri, anak, kecantikan, ketampanan dn harta benda.
Kekuasa’anpun dapat menjadi bencana bila tdk dibarengi dgn tuntunan agama.

Sebaliknya, jika kini anda miskin tetapi “ni’mat kebenaran dn agama” telah anda raih, maka yakinlah bhw kemiskinan anda tdk akan berarti, krn melalui kebenaran dn agama itu anda akn meningkat dn terus meningkat hingga mencapai kebahagia’an dari keni’matan abadi.

Sayyidina ‘Umar ra. mengatakan:
“Semua kekurangan atau malapetaka akn ringan selama tdk berkaitan dgn agama”.

MAGHDLUBI-‘ALAIHIM “mereka yang dimurkai” adalah org-org yang telah mengenal kebajikan dn mengetahui kebenaran, namun enggan mengikutinya.

Sejarah dn pengalaman sehari-hari membuktikan bhw keta’atan kpd Alloh swt atau dgn kata lain melaksanakan kebenaran dan kebajikan menghasilkan imbal balik, kalau bukan sa’at itu, paling tidak pada akhirnya.
Demikian pula pembangkangan terhadap kebenaran akn menimbulkan penyesalan, bahkan siksa’an, paling sedikit penderita’an batin, kalau bukan sesa’at sesudah melakukan pelanggaran itu, tentu pada akhirnya.

Murka dn ni’mat Alloh swt tdk dibagi-Nya atas dasar ras, bangsa dn keturunan, tetapi atas dasar niat dn tingkah laku sese’org.

الضَّالِّينَ

Kata ini mengandung arti “kehilangan jalan, bingung, tdk mengetahui arah” juga di fahami dlm arti “binasa, terkubur” dn dalam arti immaterial berarti “sesat dari jalan kebajikan” ya’ni lawan dari “petunjuk”.
Dapat disimpulkan bhw kata ini dlm berbagai bentuknya mengandung makna “tindakan atau ucapan yang tidak menyentuh kebenaran”.

.
امِيْن

Di anjurkan mengakhiri surat al-Fatihah dgn ucapan “AMIN” walaupun kata ini bukan bagian dari surat.

Terdapat empat makna AMIN menurut pendapat mayoritas ulama’ :
1. Ya Alloh penkenankanlah.
2. Ya Alloh kabulkanlah.
3. Ya Alloh lakukanlah.
4. Ya Alloh jangan kecewakan kami.
Dgn kata AMIN maka permohonan yg di ajukan dlm kandungan surat al-Fatihah itu diharapkan kiranya Alloh memperkenankan dn tdk mengecewakan pemohon.