ZIAROH MADINAH

ADAB MENZIARAHI MASJID NABAWI

1. Apabila ia masuk hendaknya ia masuk dengan kaki kanan kemudian membaca:

اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ ،
اَللّهُمَّ افْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ .

“Ya Alloh .. semoga sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada Muhammad.
Ya Alloh .. bukalah pintu-pintu rohmat-Mu untukku,”

Atau membaca:

أَعُوْذُ بِاللهِ الْعَظِيْمِ وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ.

“Aku berlindung kepada Alloh Yang Maha Agung, dengan Wajah-Nya Yang Maha Mulia dan kekuasaan-Nya yang abadi, dari setan yang terkutuk.”

Jika keluar dari masjid menbaca:

اَللََّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ

“Ya Alloh .. aku memohon kepada-Mu di antara karunia-Mu.”

2. Niat I’tikaf :
نَوَيْتُ اَنْ اِعْتِكَفَ فِى هَذَا المَسْجِدِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى

“Aku niat I’tikaf di dalam masjid nabawi sunnah lillahi ta’ala.”

3. Sholat Tahiyatul Masjid dua roka’at sebelum duduk:

أُصَلِّيْ سُنَّةً التَّحِيَّاتَ المَسْجِدِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى

“Aku niat sholat sunnah tahiyatal masjid dua roka’at karena Alloh Ta’ala.”

4. Membaca sholawat Nabi:
 
اللّهُمَّ آتِهِ الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَالدَّرَجَةَ الرَّفِيْعَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا َمحْمُوْ دًا اِلَّذِيْ وَعَدْتَهُ إِنَّكَ لاَتُخْلِفُ الْمِيْعَادَ

“Ya Alloh ..
Berilah al-Wasilah -derajat di sorga, yang tidak akan diberikan selain kepada Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam- dan Fadhilah kepada Nabi Muhammad. Sehingga kebangkitannya menempati maqom terpuji yang telah Engkau janjikan.
Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.”

KEUTAMA’AN SHOLAT DI MASJID NABAWI

Dari Anas bin Malik ra, Rosululloh saw bersabda:

مَنْ صَلَّى لِلَّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا فِى جَمَاعَةٍ يُدْرِكُ التَّكْبِيرَةَ الأُولَى كُتِبَتْ لَهُ بَرَاءَتَانِ بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ وَبَرَاءَةٌ مِنَ النِّفَاقِ.

“Barang siapa mengerjakan sholat secara ikhlas karena Alloh selama empat puluh hari dengan berjama’ah dan dengan mendapatkan takbirotul-ihrom maka dicatat untuknya dua kebebasan, bebas dari neraka dan bebas dari kemunafikan.”
(HR. Tirmidzi).

Rosululloh saw juga bersabda:

مَنْ صَلَّى فِى مَسْجِدِى أَرْبَعِينَ صَلاَةً لاَ يَفُوتُهُ صَلاَةٌ كُتِبَتْ لَهُ بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ وَنَجَاةٌ مِنَ الْعَذَابِ وَبَرِئَ مِنَ النِّفَاقِ

“Orang yang sholat di masjidku (nabawi) sebanyak 40 kali sholat tidak terlewat satu kali pun, maka telah ditetapkan baginya kebebasan dari neraka, keselamatan dari adzab dan kemunafikan.”
(HR. Ahmad dan At-Thobroni).

Dari Abu Huroiroh ra senada dengan yang diriwayatkan dari Jabir ra, Rosululloh saw bersabda:

صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى هَذَا خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ

“Satu kali sholat di masjidku ini, lebih besar pahalanya dari seribu kali sholat di masjid yang lain, kecuali di Masjidil-Harom.
Dan satu kali sholat di Masjidil-Harom lebih utama dari seratus ribu kali sholat di masjid lainnya.”
(HR. Bukhori, Muslim dan Ahmad).

Dari Abu Huroiroh ra, Rosululloh saw bersabda:

لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ، وَمَسْجِدِ الرَّسُولِ وَمَسْجِدِ الأَقْصَى

“Tidak perlu disiapkan kendaraan, kecuali buat mengunjungi tiga buah masjid:
Masjidil-Harom (Makkah), Masjid Rosul (Madinah), dan Masjidil-Aqso (Palestina).”
(HR. Bukhori, Muslim dan Abu Dawud).

SALAM KEPADA ROSULULLOH SAW

“Salam sejahtera untukmu wahai utusan Alloh.
Salam sejahtera untukmu wahai manusia kepercayaan Alloh.
Salam sejahtera untukmu wahai kekasih Alloh.
Salam sejahtera untukmu wahai manusia paling suci di sisi Alloh.
Salam sejahtera untukmu wahai Ahmad.
Salam sejahtera untukmu wahai Muhammad.
Salam sejahtera untukmu wahai pemberi syafa’at.
Salam sejahtera untukmu wahai manusia yang layak menerima balasan yang baik.
Salam sejahtera untukmu wahai pemberi kabar gembira.
Salam sejahtera untukmu wahai manusia yang memberi peringatan.
Salam sejahtera untukmu wahai Thoha.
Salam sejahtera untukmu wahai Yasin.
Salam sejahtera untukmu wahai manusia yang paling mulia.
Salam sejahtera untukmu wahai manusia yang paling suci.
Salam sejahtera untukmu wahai manusia yang paling agung.
Salam sejahtera untukmu wahai utusan bagi seluruh alam.
Salam sejahtera untukmu wahai pemimpin para Rosul.
Salam sejahtera untukmu wahai penutup para Nabi.
Salam sejahtera untukmu wahai pembimbing ke arah kebaikan.
Salam sejahtera untukmu wahai pembimbing jalan lurus.
Salam sejahtera untukmu wahai pembimbing jalan untuk berbakti.
Salam sejahtera untukmu wahai Nabi pembawa rohmat.
Salam sejahtera untukmu wahai pemimpin seluruh ummat.
Salam sejahtera untukmu wahai penuntun ummat yang penuh kilauan cahaya.
Salam sejahtera untukmu dan seluruh keluargamu, yang telah di bersihkan dari kotoran oleh Alloh Yang Maha Suci dan di bersihkan dengan sebersih-bersihnya.
Salam sejahtera untukmu, istri-istrimu yang di sucikan sebagai ibu orang-orang mukmin dan sahabat-sahabatmu yang mulia.

Atas jasamu kepada kami, semoga Alloh swt memberikan balasan yang terbaik, sebaik-baik balasan bagi seorang Nabi yang telah berjasa terhadap kaumnya dan seorang Rosul yang berjasa kepada ummatnya.
Semoga Alloh swt senantiasa melimpahkan rohmat kepadamu ketika orang-orang mengingatmu dan ketika orang-orang lupa kepadamu.

Semoga Alloh swt melimpahkan rohmat kepadamu di awal dan akhir sebagai balasan yang paling utama, paling sempurna, paling tinggi, paling agung, paling baik dan paling suci melebihi yang Alloh berikan kepada seseorang di antara mahluk-Nya, sebagaimana karena engkau telah menyelamatkan kami dari kesesatan, menerangi penglihatan kami dari kegelapan, dan membibimbing kami dari kebodohan.

Aku bersaksi sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh semata yang tidak memiliki sekutu samasekali. engkau adalah hamba dan utusan-Nya, engkau adalah manusia terbaik yang menjadi pilihan kepercayaan-Nya di antara seluruh mahluk.
Dan aku bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan risalah, melaksanakan amanat, menasehati ummat, berjuang melawan musuh, menunjukkan jalan terbaik kepada ummat dan menyembah Tuhanmu sampai akhir hayat.

Semoga Alloh swt senantiasa melimpahkan rohmat kepadamu berikut segenap keluargamu di bersihkan, di sucikan dan di muliakan.”

SALAM KEPADA ABU BAKAR SHIDDIQ RA

Selamat sejahtera untukmu wahai Abu Bakar As-Shiddiq.
Salam sejahtera untukmu wahai kholifah Rosululloh.
Salam sejahtera untukmu wahai teman Rosululloh dalam gua.
Salam sejahtera untukmu wahai kepercayaan rahasia Alloh.
Semoga Alloh memberikan ganjaran kepadamu dari kami pengikut ummat Nabi Muhammad dengan semulia-mulia ganjaran.
Engkau telah meneruskan kepemimpinannya dengan sebaik-baik pimpinan dan engkau telah mengikuti jalannya dan tuntunannya dengan sebaik-baik jalan.
Engkau telah membela islam, engkau telah menghubungkan silaturahmi dan engkau senantiasa menegakkan kebenaran sampai engkau mendapat keyakinan yang nyata, maka salam sejahtera untukmu dan rohmat serta barokah Alloh atasmu.

SALAM KEPADA UMAR BIN KHOTTHOB RA

Salam sejahtera untukmu wahai penegak kebenaran islam.
salam sejahtera untukmu wahai manusia yang tegas memisahkan haq dari yang batil.
Salam sejahtera untukmu wahai manusia yang berbicara dengan benar.
Engkau telah membela anak yatim.
Engkau telah menghubungkan silaturrohmi dan denganmu Islam telah menjadi teguh dan kuat.
Salam sejahtera untukmu dan rohmat serta barokah Alloh atasmu.

PEKUBURAN BAQI’

Lokasinya 100 meter arah timur / tenggara
dari Masjid Nabawi. Pekuburan Baqi’ telah ada sejak jaman Nabi saw.
Beliau saw sering menziarahinya dan beristighfar untuk penghuninya serta akan memberi mereka syafa’at di hari kiamat.

Pekuburan Baqi’ mengalami tiga kali perluasan.
Pada masa Mu’awiyah bin Abu Sufyan (Bani Umaiyah), serta masa raja Faishol bin Abdul Aziz dan raja Fahd bin Abdul Aziz (kerajaan Arab Saudi).
Saat ini luasnya mencapai 174.962 meter persegi, dengan dikelilingi tembok setinggi 4 meter sepanjang 1.724 meter (hampir 2 km).
Keluarga besar Nabi saw banyak di makamkan di pekuburan ini dan lebih dari 10.000 sahabat. Diantaranya makam Sayyidati ‘Aisyah dan seluruh isteri Nabi saw (selain Sayyidati Khodijah dan Sayyidati Maimunah). putra-putri Nabi saw (Fatimah az-Zahro’, Ruqoiyah, Ummu Kultsum, Zainab, dan Ibrohim); paman dan bibi Nabi (Abbas bin Abdul Mutholib, Sofiyah, ‘Atikah), keluarga sayyidina ‘Ali (ibunya ‘Ali : Fatimah binti Asad, Hasan bin Ali, ‘Aqil bin Abu Tholib, Abdulloh bin Ja’far bin Abi Tholib); sahabat terkenal Nabi (Usman bin Affan, Usman bin Mazh’un, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abu Sa’id al-Khudri, Abdurrohman bin ‘Auf, Abdulloh bin Mas’ud, Sa’ad bin Mu’adz, dll). Di tempat ini juga terdapat makam Imam Malik.

MAKAM BAQI’

Makam Baqi’ adalah Makam luas yang dikeleilingi tembok marmer disebelah timur Masjid Nabawi yang diperuntukan bagi penduduk Madinah dan juga termasuk Jama’ah haji yang meninggal di Madinah. Nama Baqi‘ diambil dari nama akar tetumbuhan yang tumbuh di makam itu. Sedangkan Al-Ghorqod adalah sejenis pohon berduri yang juga banyak terdapat di makam itu. Nabi Muhammad saw sering mengunjungi makam itu, beliau juga pernah menyatakan :
“Barang siapa meninggal di Madinah dan dikebumikan di makam itu, beliau akan memberi syafa’at kepadanya.”

Ketika Sayyidatina Fathimah ra meninggal dunia dan dikuburkan di baqi’, dengan penuh kesedihan, Sayyidina ‘Ali ra duduk di samping kuburannya, diiringi kegelapan yang menyelimuti angkasa. Kemudian ia mengucapkan salam :
“Salam sejahtera bagimu duhai Rosululloh ..
dariku dan dari putrimu yang kini berada di sampingmu dan yang paling cepat datang menjumpaimu.
Duhai Rosululloh .. Telah berkurang kesabaranku atas kepergian putrimu, dan telah berkurang pula kekuatanku .. Salam sejahtera untuk kalian berdua ..!”

SALAM KEPADA AHLI BAQI’

Salam sejahtera atas kalian semua wahai penghuni tempat orang-orang yang beriman.
Sungguhnya kami akan mengikuti kalian.
Kalian adalah orang yang terdahulu dari kami dan kami adalah pengikut kalian.
Salam sejahtera untukmu wahai Fathimah putri tersayang Nabi Muhammad saw, “Sayyidatu Nisa’il Alamin” penghulu wanita alam semesta.
Salam sejahtera untukmu sekalian “Ummahtil Mukminin” ibu orang-orang yang beriman.
Mudah-mudahan Alloh mengampunkan kami juga kamu dan merohmati mereka yang terdahulu dan mereka yang terkemudian.

Ya Alloh Ya Tuhanku ..
Janganlah Engkau haramkan kami untuk mendapatkan pahala amalan mereka dan janganlah Engkau timpakan fitnah kepada kami selepas mereka.
Ampunilah dosa kami dan dosa mereka dan ampunilah dosa ahli Baqi’ semuanya.

SALAM KEPADA ‘UTSMAN BIN ‘AFFAN RA

Salam sejahtera atas engkau wahai yang mempunyai dua cahaya , ‘Usman bin ‘Affan.
Salam sejahtera atas engkau wahai Kholifah Rosululloh yang ketiga.
salam sejahtera atas engkau wahai orang yang telah memperbekalkan senjata , harta benda kepada bala tentera Islam di dalam masa kesusahan dan kepayahan.
Salam sejahtera atas engkau wahai orang yang telah mengumpulkan al-Quranul-Karim.
mudah-mudahan Alloh memberikan balasan ganjaran sebaik-baik pembalasan di atas segala amalanmu , demi untuk kebaikan dan kebajikan ummat Nabi Muhammad saw.

Ya Alloh Ya Tuhanku ..
Limpahkanlah ridlo-Mu kepadanya, tinggikanlah kedudukan derajatnya dan kurniakan balasan pahala kepadanya .. Amin ..

ROUDLOH AL-JANNAH

Roudhoh adalah ruangan yang terletak di
antara kamar (kubur) Nabi Muhammad saw dan mimbar, ditandai dengan pilar-pilar khas, berlapiskan marmer putih susu, dan lantainya ditutup permadani berwarna hijau. Luasnya sekitar lebar 22 x panjang 15 meter.

Keutamaan Roudloh dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi saw :
“Diantara kamarku dan mimbarku terdapat sebuah taman dari beberapa taman sorga.”
(HR. Bukhori, Muslim, Imam Malik dan Syaikhon).

Roudloh merupakan salah satu tempat mustajab untuk berdo’a, karenanya Rudloh selalu dipadati dan menjadi rebutan jama’ah lelaki dan perempuan.

DO’A DI ROUDLOH

Dengan nama Alloh Yang Maha Pengasih lagi maha Penyayang. Segala puji bagi Alloh Tuhan alam semesta. Pujian yang menyempurnakan ni’mat-Nya, kebaikan untuk seluruh mahluk-Nya.

Ya Alloh Ya Tuhan kami ..
Bagimu segala pujian yang layak bagi keagungan dan kebesaran kekuasaan-Mu. Sholawat dan salam atas Nabi Muhammad saw, keluarga dan sahabat-sahabatnya serta orang yang mengikutinya.

Ya Alloh Ya Tuhan kami ..
Ampunilah dosa kami. dosa kedua orang tua kami, nenek moyang kami, semua kerabat kami, saudara-saudara kami, guru-guru kami, orang-orang mukmin mukminat, muslimin muslimat baik yang hidup masa sekarang sampai akhir zaman ataupun yang telah mati dari yang sekarang sampai awal zaman dengan limpahan rohmat-Mu Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha penyayang.
Ya Alloh sesunggunhnya firman-Mu adalah benar :
“Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Alloh, dan Rosulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Alloh Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

Ya Alloh Ya Tuhan kami ..
Sesungguhnya kami memohon syafa’at Nabi-Mu dan Rasul-Mu Muhammad saw, pada hari dimana harta benda dan anak tidak dapat memberi pertolongan dengan sesuatu apapun, kecuali orang yang menyerahkan diri kepada Alloh, bebas dari syirik dan penyakit munafiq.

Ya Alloh Ya Tuhan kami ..
Berilah kepastian ampunan untuk kami, sebagaimana Engkau telah meastikan memberi ampunan bagi orang yang datang kepada Rasul diwaktu hidupnya.

Ya Alloh Ya Tuhan kami ..
Jadikanlah Nabi Muhammad saw orang yang pertama, yang paling agung, dan paling mulia memberikan syafa’at dari golongan mereka yang terdahulu dan terakhir dengan pengasih-Mu yang paling pemurah dan kemuliaan-Mu yang paling tinggi.

Ya Alloh Ya Tuhan kami ..
Kami mohon kepada-Mu keimanan yang sempurna, keyakinan yang benar, sehingga kami dapat mengetahui bahwa tiada sesuatu bencana yang akan menimpa kami kecuali apa yang telah Engkau tetapkan.

Ya Alloh Ya Tuhan kami ..
Kami mohon ilmu yang bermanfa’at hati yang khusu’, lidah yang selalu ingat kepada-Mu, Rizqi yang luas, halal dan baik, amal sholeh yang diterima serta usaha yang tidak mengalami rugi.

Ya Alloh Ya Tuhan kami ..
Lapangkan dada kami, tutupilah aib kami, ampunilah dosa kami, tenteramkanlah hati kami dari ketakutan, sudahilah amalan kami dengan kebajikan, terimalah riadloh kami, kembalikanlah kami kepada ahli dan keluarga kami di dalam keadaan selamat dan sejahtera tidak kecewa dan tidak mendapat bala bencana.

Ya Alloh Ya Tuhan kami ..
Jadikan kami golongan hamba-Mu yang sholeh yaitu dari golongan mereka yang tidak takut terhadap musuh dan tidak pula bersedih hati.

Ya alloh Ya Tuhan kami ..
Janganlah Engkau palingkan hati kami sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami, limpahkan rohmat-Mu kepada kami. Engkaulah Tuhan yang Maha pemurah yang memberi anugrah.

Ya Alloh Ya Tuhan kami ..
Maha Suci Engkau yang mempunyai keagungan dan kekuasaan dari apa yang mereka sifatkan.
Salam sejahtera untuk semua Nabi dan Rosul serta orang-orang yang mengikutinya.
Segala puji bagi Alloh Tuhan yang memelihara seluruh jagat.
Ampunilah dosaku, dosa kedua orang tuaku serta seluruh mukmin dan mukminat pada hari perhitungan segala amal.

TIANG / UTS-HUWANAH

Di Roudhoh terdapat beberapa pilar atau tiang penting yang merupakan tempat mustajabah, sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat, tabi’in dan salafus sholih, dijadikan tempat berdo’a kepada Alloh swt.
Di antara nama-nama tiang tersebut:

1. Tiang harum Mukhollaqoh.
Disebut juga tiang Mush-haf karena menjadi tempat penyimpanan mushaf Al-Imam. Tiang ini dulunya berasal dari batang pohon kurma, terletak menempel di samping kanan mihrob Nabi saw. Beliau saw sering berkhutbah sambil bersandar di tiang ini.

Suatu ketika seorang sahabat ingin membuatkan mimbar untuk Nabi saw berkhutbah, agar semua orang dapat melihat dan mendengar khutbahnya. Beliau saw menyetujui gagasan itu.
Setelah mimbar itu diletakkan ditempat seperti sekarang, beliau saw naik dengan melewati tiang Mukhollaqoh tersebut, tiba-tiba batang pohon kurma ini merengek dan menjerit seperti anak kecil hingga ia terbelah.
Karena jeritannya, beliau saw turun dari mimbar dan mengusap tiang ini hingga menjadi tenang kembali.

2. Tiang Muhajirin, disebut juga tiang ‘Aisyah, merupakan tiang urutan ke-3 dari arah makam, terletak di belakang shof pertama dari Mimbar Nabi saw.
Di samping tiang ini sering digunakan sholat oleh Nabi saw, Abu Bakar ra, Umar ra, Ibnu Zubair ra. Dulu di sekitar tiang ini biasa di tempati para muhajirin duduk-duduk berkumpul.
Nabi saw pernah bersabda bahwa di Masjid Nabawi terdapat sejengkal tanah yang jika orang-orang tahu, tentu akan mengadakan undian untuk memperebutkannya.
Dan orang pertama kali yang menunjukkannya adalah ‘Aisyah ra, sehingga orang-orang menyebutnya tiang ‘Aisyah.

3. Tiang Sarir (tempat tidur).
Tiang ini terletak di dekat kamar ‘Aisyah ra, menempel di ventilasi maqshuroh (pagar makam Nabi saw), di sebelah utara tiang taubat.
Nabi saw sering beri’tikaf dengan menggelar tikar atau kasur beliau saw di samping tiang ini, karenanya tiang ini dinamakan tiang Sarir.

4. Tiang Mahras (tempat penjagaan).
Tiang ini terletak di utara tiang Sarir, menempel di ventilasi maqshuroh (pagar makam Nabi saw).
Tiang ini merupakan tempat para sahabat menjaga Nabi saw ketika sedang sholat, sampai turunnya ayat yang menjamin keamanan Nabi saw.

5. Tiang Taubat atau tiang Abu Lubabah.
Tiang ini menempati urutan ke-4 dari mimbar, ke-2 dari makam Nabi, dan ke-3 dari kiblat.
Dinamakan tiang Taubat , karena Abu Lubabah ra bertaubat atas kesalahannya berkaitan dengan kasus Bani Quroidhoh, dengan cara mengikatkan diri di tiang ini (selama 9 hari hingga pingsan) sampai Alloh swt menerima taubatnya.

6. Tiang Wufud (utusan)
Tiang ini menempel di ventilasi maqshuroh, terletak di utara tiang mahras.
Dinamakan tiang Wufut karena tempat ini biasa digunakan Nabi saw menerima para utusan dari berbagai kabilah arab.

MIHROB

Mihrob artinya ruangan tempat imam
sholat. Di Masjid Nabawi terdapat 4 mihrob, diantaranya:

1. Mihrob Nabi saw.
Adalah tempat Nabi mengimami sholat. Letaknya di samping kanan tiang Mukhollaqoh.
Di zaman Nabi saw dan khulafaur-rosyidin tidak ada ruangan/bangunan khusus mihrob, sampai pada masa Umar bin Abdul Aziz tahun 91 H. dibuatkan bangunan ruangan yang lebih dikenal dengan Mihrob Nabi saw.
Mihrob ini mengalami perbaikan 3 kali, yang pertama oleh para shohabat nabi saw, yang kedua oleh sultan Qoyit Bay dari Mesir dan yang ketiga oleh Raja Fahd bin Abdul Aziz.

2. Mihrob Utsmani.
Tempat Usman bin Affan ra mengimami sholat, Mihrob ini terletak di selatan Mihrob Nabi saw. disebut juga Musholla Usman.
Dulunya berupa pagar tembok dari batu bata, yang berfungsi sebagai pengaman agar tragedi Umar ra yang terbunuh sewaktu mengimami tidak terulang lagi.
Oleh Umar bin Abdul Aziz (tahun 91 H), mihrob ini diperbaiki dengan bentuk cekung pada temboknya mengarah kiblat.

3. Mihrob Tahajjud.
tempat Nabi saw sholat tahajjud, terletak di utara Al-Maqshuroh.

4. Mihrob Hanafi.
Tempat pengimaman sholat oleh ulama’ Hanafiyah.
Dulu, sholat jamaah dilakukan dengan tiga gelombang berdasarkan madzhab empat.
Sejak tahun 860 H. Tughon syaikh membangun mihrob khusus untuk imam sholat madzhab hanafiyah, sedangkan madzhab lainnya di Mihrob Nabawi.

MIMBAR

Di dalam Masjid Nabawi ada sebuah pohon korma yang biasa dijadikan tempat berdiri ketika Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam berkhutbah pada setiap Jum’at.
Suatu ketika, datanglah seorang wanita Anshor, dia memiliki se’orang anak laki-laki tukang kayu.
Wanita itu berkata kepada Nabi saw,
“Bolehkah aku buatkan untukmu sebuah mimbar untuk tempat engkau duduk .?
Aku punya seorang anak laki-laki tukang kayu.”
Nabi saw menjawab:
“Silakan kalau kamu mau.”
Maka dibuatlah mimbar untuk Rosululloh saw.

Setelah Mimbar selesai dibuat, tepatnya pada hari Jum’at, ketika Nabi saw duduk di atas mimbar untuk berkhutbah, tiba-tiba menjeritlah pohon korma yang dahulu beliau saw biasa berkhutbah di sisinya, hingga hampir terbelah. Pohon korma itu menangis seperti anak kecil.
Kemudian Rosululloh saw turun dari mimbar dan mendekapnya, beliau saw terus mendekapnya sampai akhirnya dia berhenti dan tenang.
Lalu Nabi saw memberitahukan kepada para shohabat dengan bersabda:
“Pohon korma itu menangis jika ia tidak lagi mendengar dzikir yang biasa ia dengar.”

Mimbar Nabi saw terdiri dari tiga tangga, beliau senantiasa di tangga yang paling atas (ketiga dari bawah).
Abu Bakar ra, adalah kholifah yang terpilih mengantikan Nabi Saw dengan cara demokratis (musyawarah).
Betapa sopannya Abu Bakar ra. ketika khutbah di Masjid Nabawi, dia tidak mau duduk di tangga paling atas yang biasa di tempati Nabi saw, karena dia merasa tidak pantas.
Setelah Abu Bakar ra. wafat, ‘Umar bin Khot-thob ra. mengantikannya dengan cara demokratis pula.
Lagi-lagi, ‘Umar ra tidak mau duduk ditangga yang kedua, karena tempat itu adalah mimbarnya Abu Bakar ra.
Kedua sahabat ini begitu agung budi pekertinya dalam memuliakan junjunganya, sehingga dia tidak mau mengunakan mimbar tempat duduk Nabi Saw.

MASJID NABAWI

Masjid Nabawi, adalah salah satu mesjid terpenting yang terdapat di Kota Madinah, Arab Saudi karena dibangun oleh tangan suci Nabi Muhammad saw. dan menjadi tempat makam beliau saw dan dua sahabatnya Abu Bakar ra dan ‘Umar ra.
Waktu membangun masjid, Nabi saw sendiri yang meletakkan batu pertamanya, selanjutnya kedua oleh sahabat Abu Bakar ra, ketiga sahabat ‘Umar ra, keempat sahabat ‘Utsman ra dan kelima sahabat Ali ra, kemudian dikerjakan dengan gotong royong sampai selesai.
Masjid ini merupakan salah satu masjid yang utama bagi umat Muslim setelah Masjidil-Harom di Mekkah.

Masjid Nabawi adalah masjid kedua yang dibangun oleh Rosululloh saw, setelah Masjid Quba’ yang didirikan dalam perjalanan hijrah beliau dari Makkah ke Madinah.
Masjid Nabawi dibangun sejak pertama Rosululloh saw tiba di Madinah, ketika unta tunggangan beliau saw menghentikan perjalanannya.
Lokasi itu semula adalah tempat penjemuran buah kurma milik anak yatim dua bersaudara Sahal dan Suhail bin ‘Amr, yang kemudian dibeli oleh Rosululloh saw untuk dibangunkan masjid dan tempat kediaman beliau saw.

Awalnya, masjid ini berukuran sekitar 50 m × 50 m, dengan tinggi atap sekitar 3,5 m.
Tembok di keempat sisi masjid ini terbuat dari batu bata dan tanah, sedangkan atapnya dari daun kurma dengan tiang-tiang penopangnya dari batang kurma, sebagian atapnya dibiarkan terbuka begitu saja.
Selama sembilan tahun pertama, masjid ini tanpa penerangan di malam hari.
Hanya di waktu Isya, diadakan sedikit penerangan dengan membakar jerami.

Pada sisi timur masjid, dibangun kediaman Nabi saw.
Kediaman Nabi saw ini tidak seberapa besar dan tidak lebih mewah dari keadaan masjidnya, hanya tentu saja lebih tertutup.
Selain itu ada pula bagian yang digunakan sebagai tempat orang-orang fakir-miskin yang tidak memiliki rumah.
Belakangan, orang-orang ini dikenal sebagai ahlussufah atau para penghuni teras masjid.

Setelah itu berkali-kali masjid ini direnovasi dan diperluas.
Renovasi pertama dilakukan oleh Kholifah Umar bin Khottob di tahun 17 H.
Renofasi kedua oleh Kholifah Utsman bin Affan di tahun 29 H.
Hingga kini Masjid Nabawi terus mengalami pengembangan pembangunan yang luar biasa.

MAQSHUROH DAN KUBBATUL-HADLRO’

Maqshuroh atau pagar makam pertama kali
dibuat oleh sultan Dhohir Ruknuddin Birbis (668 H) dari kayu. Ketika Masjid dan maqshuroh terbakar tahun 886 H, sultan Qoyit Bay mengirimkan pagar maqshuroh dari bahan tembaga dan besi pada tahun 888 H, sekaligus mengganti Qubbah di atas makam Nabi saw, dengan bahan dari batu bata.
Ketika Qubbah ini retak-retak bagian samping dan atasnya, lalu diperbaiki lagi dengan dempul dari negeri Mesir tahun 892 H. Tahun 1233 H ada keretakan lagi di atasnya, lalu dipugar dan dibangun kembali oleh sultan Al-Ghozi Mahmud Khan, serta dicat hijau. Sejak itu disebut Al-Qubbatul-Hadhro’ (Kubah hijau) dan sultan Al-Ghozi adalah orang pertama yang mengecat warna hijau.

TEMPAT BERSEJARAH SEKITAR MASJID NABAWI

1. Tempat Ahlus-Suffah
Pada jaman Nabi saw, di Masjid Nabawi
ada sebuah tempat penginapan bagi orang yang tidak memiliki tempat tinggal seperti para fakir, miskin, musafir, tamu, santri yang datang untuk mencari ilmu.
Jumlah mereka yang menginap di Masjid Nabawi setiap hari berkisar antara 50 – 70 orang, kadang lebih dari itu. Diantaranya Abu Huroiroh, Salman Al-Farisi, Abu Dzar Al-Ghiffari, Abdulloh bin Mas’ud, Bilal bin Robah, Abu Sa’id Al-Hudhri.
Posisinya di serambi sebelah utara Masjid Nabawi, searah dengan Babun Nisa’.
Bentuknya berupa lantai yang ditinggikan atau yang disebut Dakkatul Aghwat.

2. Saqifah Bani Sa’idah
Saqifah bani Sa’idah dulunya merupakan
bangunan tempat pertemuan milik Bani Sa’idah. Saqifah ini semacam pendopo, aula atau gedung pertemuan jaman sekarang. Letaknya di sebelah barat laut 200 m dari Masjid Nabawi.
Di Saqifah ini Nabi saw pernah duduk-duduk istirahat, demikian juga para sahabat dari kalangan Bani Sa’idah. Sepeninggal Nabi saw, para tokoh sahabat Anshor mengadakan pertemuan di Saqifah ini untuk menentukan pemimpin pengganti Nabi saw. Namun hal ini diketahui sahabat muhajirin, lalu segeralah Abu Bakar ra, Umar ra dan lainnya ikut menghadirinya, dan pada akhir pertemuan Abu Bakar ra ditetapkan sebagai Kholifah pertama, pengganti Nabi sa untuk memimpin kaum muslimin.

3. Musholla Janaiz
Pada awalnya Nabi saw mensholati jenazah
di pekuburan Baqi’. Pada tahun tahun mendekati wafatnya Nabi saw, para sahabat membawa jenazah ke tanah kosong sebelah timur / belakang kamar Ummahatul-mukminin. Tanah kosong tempat mensholatkan jenazah itulah yang disebut Musholla Janaiz.
Pada masa ‘Umar bin Abdul Aziz, kamar Ummahatul-mukminin dipugar untuk perluasan Masjid Nabawi, sementara Musholla Janaiz tetap di lokasi tanah terbuka. Baru pada masa sultan Abdul Majid al-Utsmani, sebagian Musholla Janaiz masuk kedalam bangunan Makam atau Masjid Nabawi dan sebagian lagi di tanah kosong diluar tembok Masjid bagian timur.

BIR ALI

Masjid Miqot atau Bir Ali letaknya kira-kira 15.km dari Masjid Nabawi. Dinamakan Masjid Miqot karena disitulah miqot untuk penduduk Madinah dan yang melewatinya.
Diriwayatkan bahwa Nabi saw ketika dalam perjalanan pulang pergi dari Madinah ke Mekkah, beliau berhenti dan sholat di tempat itu. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwasanya Nabi saw jika berangkat ke Mekkah, beliau sholat di Masjid Syajaroh, dan ketika pulangnya beliau sholat di lembah Dzul Hulaifah, dan bermalam disana.
(Shahih Bukhari).

Mengingat kedudukannya yang amat penting dalam sejarah, Masjid ini dibangun dan direnovasi kembali oleh Raja Fahd yang menelan biaya sekitar 170 juta Real Saudi, dengan daya tampung  sekitar 5000 jamaah. Tinggi kubahnya sekitar 28m, sedangkan menaranya sekitar 64m. Masjid ini disebut juga dengan Masjid Dzhul-Hulaifah, Masjid asy-Syajaroh atau Masjid al-Muhrim”.

Berdasarkan keterangan ini, Masjid Bir Ali memiliki sejumlah nama lain, yaitu Masjid Miqod, Masjid Dzul-Hulaifah, Masjid Syajaroh dan Masjid al-Muhrim.

Di namakan Masjid Syajaroh, menurut sejarah ada sebuah pohon akasia di kawasan Zul-hulaifah yang digunakan Rosululloh saw untuk berteduh ketika singgah di kawasan itu dalam perjalanan ke Mekah untuk menunaikan haji dan umroh. Masjid ini dibangun di tempat asal pohon itu. Oleh karena itu dinamakan “Masjid Syajaroh (pohon)”.

Abu Huroiroh ra. meriwayatkan bahwa Rosululloh saw mengerjakan sholat berdekatan dengan tiang di tengah-tengah masjid ini. Pada zaman sekarang masjid ini dikenal dengan masjid Al-Muhrim (tempat niat haji atau umroh bagi penduduk Madinah atau mereka yang datang dari arah Madinah), juga dengan nama Masjid Zhul-hulaifah atau Bir Ali.

Bir Ali berasal dari kata Bi’run artinya sumur.
Dalam sejarah, dulu sahabat Ali ra pernah membuat sumur di dekat masjid yang ada di situ. Sumur tersebut terkenal dengan nama Bi’run Ali, dalam lidah orang Indonesia lebih peraktis di sebut Bir Ali.

Masjid ini sejak zaman Rosululloh saw, telah ditetapkan sebagai tempat miqot penduduk Madinah yang akan menunaikan ibadah umroh maupun haji.
Diriwayatkan: “Tidak berniat (untuk umroh atau haji) Rosululloh Saw kecuali di Masjid Dzil-hulaifah.”
(HR. Abu Daud).

Kini, Masjid Dzul-hulaifah berdiri megah dengan arsitektur yang khas terutama menaranya dan interiornya yang sangat anggun dan mempunyai nilai estetika yang mengagumkan. Di bagian luarnya terdapat areal parkir yang cukup luas. Halaman masjid ditanami dengan pohon pelindung, yaitu pohon kurma.

BIR USMAN

Dikisahkan bahwa sebelum Nabi Muhammad saw datang ke Madinah, di sana ada sumur yang disebut sumur Rowmah yang airnya sangat jernih dan tawar, sumur itu milik orang Yahudi.
Setiap orang yang ingin mengambil air dari sumur itu harus membayarnya.
Ketika umat Islam semakin berat dihimpit kesulitan air yang menjadi kebutuhan pokok sehari-hari, sementara untuk mendapatkannya harus membayar mahal dengan harga yang ditetapkan si Yahudi, Rosululloh saw menyerukan tawaran kepada para sahabatnya:
“Barang siapa yang dapat membeli sumur Rowmah, baginya sorga.”

Mendengar pernyataan itu Utsman ra ingin mendapatkan sumur itu, ia bergegas mendatangi pemilik sumur untuk membelinya.

“Maukah engkau menjual sumur Rowmah ini kepadaku .?” tawar Utsman ra.
Yahudi itu segera menyambut permintaan Utsman ra, dalam benaknya ia berpikir, Utsman adalah orang kaya, ia pasti mau membeli sumurnya berapa pun harga yang ia minta. Namun di sisi lain ia juga tidak mau kehilangan mata pencahariannya begitu saja.
“Aku bersedia menjual sumur ini, berapa engkau sanggup membayarnya .?”

“Sepuluh ribu dirham” jawab Utsman ra.
Si Yahudi tersenyum sinis sambil berkata:
“Sumur ini hanya akan kujual separuhnya. Kalau kamu bersedia, sekarang juga kamu bayar 18 ribu dirham (2.kg emas lebih), dan sumur kita bagi dua. Sehari untukmu dan sehari untukku, bagaimana .?”
Setelah berpikir sejenak, Utsman ra menjawab:
“Baiklah, aku terima tawaranmu.”
Setelah membayar seharga yang diinginkan, Utsman ra menyuruh pelayannya untuk mengumumkan kepada para penduduk, bahwa mereka bebas mengambil air sumur Rowmah secara gratis.

Sejak itu, penduduk Madinah bebas mengambil air sebanyak mungkin untuk keperluan mereka, seperti perjanjian yang telah disepakati satu hari untuk kaum Muslimin dan satu hari untuk si Yahudi.
Namun pada akhirnya si Yahudi tua kebingungan lantaran tak seorang pun yang membeli airnya setelah adanya pembagian itu.

Seiring berjalannya waktu dan semakin banyaknya orang-orang serta kabilah-kabilah yang berdatangan ke kota Madinah untuk memeluk agama islam, tentu saja air menjadi kebutuhan pokok, hususnya di lingkungan Masjid Nabawi, karena rata-rata mereka setelah bai’at kepada Rosululloh saw tinggal di sekitar Masjid.
Lalu diadakannya musyawaroh untuk mengatasi hal itu, maka diputuskannya membeli sisa separuh sumur Ruwmah guna di alirkan ke Masjid Nabawi.
Kemudian Utsman ra bersama sahabat yang lain datang menemui si Yahudi untuk membeli separuhnya, dan ia tidak bisa menolak.
Sejak saat itu sumur Rowmah dikenal dengan sebutan Bir Usman.

Sumber air Rowmah itu hingga sekarang masih tetap dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan Masjid Nabawi. Atas kekuasaan Alloh swt, sumber itu tidak pernah habis atau berkurang miskipun dipakai setiap saat oleh jutaan jamaah haji dan umroh, dan orang-orang yang berkunjung ke Masjid Rosululloh saw itu.

MASJID ALI

Masjid ini berada di sebelah barat daya dari Masjid Nabawi sekitar 300 meter, 50 meter dari Masjid Abu Bakar, dan 100 meter dari Masjid Ghomamah.
Masjid ini adalah shof sholat tempat dimana Sayyidina Ali bin Abi Tholib ra ketika mengikuti sholat istisqo’ dan sholat ‘ied bersama Rosululloh saw dan para sahabatnya.
Masjid ini ditutup tidak lagi ditempati sholat wajib, karena sangat dekatnya dengan Masjid Nabawi.

MASJID ABU BAKAR

Masjid Abu Bakar terletak 50 meter dari masjid Ghomamah, atau sekitar 300 meter arah Barat dari mesjid  Nabawi dan 50 meter dari Masjid ‘Ali.
Masjid ini didirikan sebagai monumen dari tempat-tempat yang pernah digunakan oleh Rosululloh saw sebagai tempat sholat, sehingga dinamakan dengan Masjid.
Menurut riwayat, Rosululloh saw pernah sholat ‘Ied di tempat didirikannya Masjid ini.

Konon Masjid Abu Bakar didirikan oleh Kholifah Umar Bin Abdul Aziz sekitar tahun 50H. Bangunan yang ada sekarang adalah peninggalan dari Sultan Mahmud Khan Al Utsmani (wafat tahun 1255 H/ 1839) dan direnovasi oleh Raja Fahd bin Abdul Aziz tahun 1411 H. tanpa mengubah bentuk aslinya.

MASJID GHOMAMAH

Masjid berukuran 26 x 13 meter persegi,
tinggi 12 meter dan dilengkapi 6 buah kubah dan menara ini terletak di sebelah barat daya Madinah, berjarak + 400 meter dari Masjid Nabawi.
Ghomamah artinya mendung atau awan tebal. Dulu di masa Rosuillloh saw, masjid ini merupakan alun-alun di tengah kota Madinah yang setiap datang Idul fitri dan Idul Adh-ha digunakan untuk sholat ‘Id.
Suatu ketika jamaah merasa gelisah karena panjangnya khutbah Nabi saw, karena panasnya sinar matahari yang menyengat, tiba-tiba datanglah arak-arakan mendung atau awan tebal, sehingga cuaca menjadi teduh dan mereka menjadi betah dan tenang mendengarkan khutbah beliau saw sampai selesai.

MASJID IJABAH

Masjid Al-Ijabah (bahasa Arab: مسجد الإجابة), Masjid Bani Muawiyah atau Masjid al-Mubahalah adalah sebuah masjid di Madinah yang dibangun di masa Nabi Muhammad saw di lahan milik Muawiyah bin Malik bin ‘Auf dari suku al-Aus.

Masjid Al-Ijabah berjarak 385 meter di utara Baqi’ dan berada di jalan raya As-Sittin. Jarak dengan Masjid Nabawi (setelah perluasan) hanya sekitar 580 meter. Saat ini, wilayah ini termasuk bagian dari Distrik Bani Muawiyah.

Dalam shohih Muslim, Amir bin Sa’dari menuturkan dari ayahnya:
“Suatu hari Rosululloh datang dari al-Aliyah. Beliau melewati masjid Bani Muawiyah, beliau masuk masjid itu dan sholat dua rokaat, kami pun ikut sholat bersama beliau. Lalu Rosululloh berdo’a lama sekali, lalu beliau menuju kami dan mengatakan:
“Aku meminta tiga hal kepada Robbku. Tetapi, hanya dua hal dikabulkan, dan satu hal tidak diperkenankan.
Aku meminta agar umatku tidak dibinasakan dengan paceklik, permintaanku pun dikabulkan.
Aku memohon agar umatku tidak ditenggelamkan, permohonanku pun dikabulkan.
Aku mengharap agar permusuhan ummatku tidak terjadi antar sesama mereka, tetapi permintaanku ini tidak dikabulkan.”

Malik meriwayatkan dari Abdulloh bin Jabir bin Atik, dia berkata:
“Abdullah bin Umar datang kepada kami di Bani Muawiyah —salah satu desa kaum Anshar— dan bertanya:
“Apakah kalian tahu di mana dulu Rosululloh sholat di masjid kalian ini .?”
Aku menjawab: “Ya ..” Lalu aku menunjuk ke satu arah.
Dia kembali bertanya:
“Apakah engkau tahu tiga hal yang diminta oleh Rosululloh .?”
Aku menjawab: “Ya, aku tahu, beliau memberi tahu aku tiga hal itu .!
Rasulullah berdo’a agar tidak dikalahkan oleh musuh dari golongan orang kafir. Dan agar tidak dibinasakan dengan paceklik. Keduanya dikabulkan oleh Alloh.
Rosululloh juga berdo’a agar permusuhan umatnya tidak terjadi antar sesama mereka. Tetapi, permohonan ini tidak dikabulkan.”
Ibnu Umar berkata:
“Engkau benar, sehingga peperangan, fitnah, dan perselisihan terus berlangsung hingga Hari Kiamat nanti.”

MASJID SAB’AH KHONDAQ

Sab’ah artinya tujuh, Khondaq artinya parit.
Kelompok Masjid yang terletak di kaki bukit Sala’ ± 3 km sebelah barat laut Masjid Nabawi.
Disebut Masjid Tujuh karena jumlahnya ada tujuh yaitu:
Masjid Salman
Masjid Abu Bakar
Masjid Umar
Masjid Usman
Masjid Ali
Masjid Fatimah
Masjid Fatah
Diantara tujuh masjid tersebut Masjid Fatah yang memiliki peran penting dalam sejarah Islam pada waktu Perang Khondak (perang parit) disitulah Rosulullah saw memanjatkan do’anya selama tiga hari berturut-turut agar musuh yang banyaknya 10.000 orang di hancurkan dengan pertolongan Alloh swt.

Dinamai Khondaq karena untuk menandai peristiwa perang antara umat Islam melawan 10.000 orang “pasukan sekutu kafir” pada tahun 5 H.
Pasukan sekutu yang terdiri dari kafir Quraisy Makkah, kabilah Ghothofan dan kaum Yahudi bani Qoinuqo’ Madinah ini dipimpin Abu Sufyan.
Dalam perang ini, atas saran Salman Al-Farisi ra, Nabi saw membangun sistem pertahanan dengan membuat parit (khondaq) yang lebar dan dalam di sekeliling kota Madinah, yang dilengkapi 7 menara pengintai.
Sesampainya di Madinah, pasukan musuh tidak berhasil membobol pertahanan parit ini, lalu mereka mendirikan tenda-tenda sambil mengepung kota Madinah, sampai pada akhirnya tenda mereka diporak-porandakan angin kencang disertai udara dingin, sehingga mereka hanya mampu bertahan selama kurang lebih 24 hari, kemudian pulang kembali dengan tangan hampa, bahkan mengalami kerugian besar dan banyak diantaranya mengalami stress berat.

MASJID QIBLATAIN

Masjid Qiblatain (dua kiblat) terletak di atas
bukit kecil dekat wadi al-‘aqiq, berjarak 3 km arah barat laut dari Masjid Nabawi.
Masjid ini memiliki dua mihrob, satu menghadap ke Baitul Maqdis (Masjidil-Aqsho – Palestina) dan satunya lagi menghadap ke Ka’bah (Masjidil-Haram – Makkah).
Dulu, masjid ini disebut masjid Banu Salamah.
Pada waktu Nabi saw sholat ‘ashar di masjid ini menghadap ke Masjidil-Aqsho (sebelum di syari’atkan menghadap ke Ka’baitulloh), turunlah wahyu (QS Al-Baqarah : 144) yang memerintahkan agar berpindah kiblat, maka pada saat itu pula Nabi saw berputar balik 180 derajat berkiblat ke Masjidil-Haram, lalu diikuti para sahabat yang bermakmum.
Untuk mengenang peristiwa tersebut, maka masjid banu Salamah ini dinamakan Masjid Qiblatain.

Di dekat masjid ini ada sumur yang disebut “Sumur Roumah” dan sampai kini masih berfungsi.
Dulunya, sumur ini merupakan danau kecil berair jernih milik orang Yahudi, kemudian dibeli oleh Usman bin Affan ra dan diwakafkan untuk keperluan masjid.

MASJID QUBA’

Quba’ adalah sebuah perkampungan yang
terletak 5 km dari kota Madinah.
Disini Masjid yang pertama kali dibangun Nabi saw pada bulan Rabiul Awwal tahun 1 Hijriyah (622 M) dalam perjalanan hijrahnya ke Madinah, Masjid ini di bangun di atas sebidang tanah milik Kalsum bin Hadam dari kabilah Amir bin Auf. Di Masjid ini pula beliau pertama kali melakukan sholat berjamaah.

Masjid Quba’ oleh Al-Qur’an surat At-Taubah : 108 disebut “Masjid Taqwa”, memiliki beberapa keutamaan, diantaranya seperti yang disabdakan Nabi saw:
“Satu kali sholat di masjid Quba’ seperti melakukan satu ‘Umroh.”

MASJID JUM’AH

Masjid Jum’at berada di lembah Ronuna
perkampungan Bani Salim bin Auf, tidak jauh dari masjid Quba’ dan berjarak + 4.km dari kota Madinah.
Dinamakan Masjid Jum’at karena di masjid ini Nabi saw melakukan sholat jum’at pertama kali dalam sejarah Islam, yang terjadi pada hari jum’at tanggal 16 Rabiul Awwal tahun 1 H (622 M), dalam perjalanan hijrahnya menuju ke Madinah, setelah beberapa hari menginap di desa Quba’.

Tinggalkan Komentar Anda